Part 2
Oke, kita lanjut lagi ceritanya yaa.
Alhamdulillah sampai di Rantepao Toraja dengan selamat, ini kantor perwakilannya Bus Primadona yang saya naikin. Saya tiba tanggal 28 September jam 04.43 waktu setempat. Berarti persis sesuai prediksi, 8 jam, saya berangkat dari Jl. Perintis Kemerdekaan jam 20.30. Pas turun bus saya langsung kabarin teman saya namanya Inka, gadis cantik lulusan universitas negeri di daerah Jawa Timur (kayanya) tapi sepertinya dia asli orang Toraja.
Lagi-lagi alhamdulillah ini kenal dari Trashbag Community (TC), pertama saya chat Mx, Mx ini aktif di TC DPC Bekasi entah yaa kenapa kemarin tiba-tiba japri dia. "Mx punya teman di Toraja ga?"
Sekitar 50 menit kemudian dia balas, "ada tapi dia anak tc palu kak"
Terus saya minta tolong tanyain barangkali ada temannya yang tinggal di Toraja dan alhamdulillah ada dong.
"Itu kak nomornya, namanya Inka, bilang aja temannya Eka Palu, katanya orangnya asik". Alhamdulillah batin saya.
Langsung saya hubungi, saya minta alamat instagramnya, saya kepo-in. Oke sepertinya bakal jadi teman yang menyenangkan.
Rantepao |
Pas saya sampai di Perwakilan Bus Primadona itu saya hubungi dia, cuma karena dia sedang ada kerjaan dulu jadi saya harus menunggu, tapi karena risih ditanya-tanya mulu sama bapak-bapak sekitar akhirnya jam 05.14 saya bilang saya ke masjid dulu ya, khawatir ga kebagian Sholat Subuh juga, karena posisi langit sudah terang. Di masjid saya numpang mandi kata marbotnya iya gapapa, asal jangan lama-lama hehehe.
Terus jam 05.24 Inka nyusul ke masjid. Dia nunggu sebentar. Namanya Masjid Agung Rantepao. Dari foto di atas jalan ke arah kanan yang bangunannya kuning sekitar 200 - 300 meter.
Setelah itu kita langsung naik sitor ke rumah Inka (besi motor mungkin) hahaha, kendaraan di Toraja, mirip bentor yang di Medan, tapi ini penumpangnya di depan bukan di samping (cek foto Rantepao) nah seperti itu.
Di rumah Inka saya taruh beberapa barang yang dirasa tidak perlu, saya bawa ransel yang isinya juga sudah dikurangi. Ketemu dengan saudaranya Inka atau bapaknya atau omnya yaa saya lupa. Tapi ramah banget hehe.
Dari rumah Inka kita naik sitor lagi ke penyewaan motor.
Di tempat penyewaan motor Inka ditanya-tanya, rumahnya di mana, KTP saya apa Inka ya yang ditahan atau dua-duanya saya juga lupa.
Sewa motornya agak mahal deh, kalau ga salah Rp 80.000,- - Rp 100.000,- untuk 8 jam. Jadi saya harus kembalikan sekitar jam 4 atau 5 sore. Beda dengan sewa motor di Jogja dan Bulukumba yang hitungannya 12 atau 24 jam.
Oke destinasi pertama adalah Museum Ne’ Gandeng, terletak di Desa Palangi, Kecamatan Sa’da Balusu. Jadi ceritanya kalau tidak salah ini merupakan tempat pelaksanaan prosesi pemakaman Ne’ Gandeng, lambat laun dibangunlah bangunan-bangunan rumah adat Toraja atau sebutannya Tongkonan dan dijadikan tempat wisata, kalian bisa nginap di sini loh! Pemandangan menuju lokasi ini Masya Allah cakep bangettt. Jadi kita sempet nyasar gaes haha, tapi di sini serunya, lihat pemandangan kaya begini. Hawa di sana cukup sejuk.
TK di Museum Ne’ Gandeng |
Masih terus pembangunan |
Pemandangan dari atas bangunan |
Saya suka banget sama bangunannya, eksotis gitu, ditambah komposisi langit yang biru begini.
Dan si Inka ga ngerti gimana ceritanya tau-tau minta masakin sama ibu-ibu yang stay di situ, terharu banget yaa Allah ðŸ˜.
Nasi, ayam goreng, tempe goreng, sayur asam, sambal |
Kebayangkan yaa nikmatnya, Masya Allah.
Pas di sini tuh saya sempat videocall Mama saya, ngabarin kalau saya sudah di Toraja bersama kawan cantik saya, Inka hehe.
Terus ngobrol sama ibu yang masak, ternyata punya saudara juga yang tinggalnya di Bekasi.
Sebahagia itu.
Setelah kenyang saya dan Inka menuju destinasi berikutnya yaitu, Bori’ Parinding di Kalimbuang Bori Kecamatan Sesean, Kabupaten Toraja Utara.
Jadi in my humble opinion tempat wisata di Toraja yaa rata-rata tempat upacara adat pemakaman. Atau bahkan makamnya. Walaupun sebenarnya ada wisata air terjun dan yang lainnya, cuma iconic nya yaa ini.
Ini batu-batu buat upacara Rambu Solo, tempat potong hewan, jadi ikatannya dikaitkan ke batu di situ. Rambu Solo sendiri syarat akan adat istiadat masyarakat Toraja yang butuh biaya cukup besar. Barangkali penjelasan dari link di bawah ini bisa menambah pengetahuan teman-teman
Pohon itu juga makam loh, tapi untuk bayi sepertinya.
Setelah dari Bori’ Parinding saya dan Inka menuju Kete Kesu
Ini juga tentang pemakaman yang ditaruh di tebing-tebing.
Kete Kesu lebih ramai, lebih banyak yang jualan, lebih besar, dan lebih luas juga. Banyak toko yang jual oleh-oleh.
Dan ini dia tempat foto mainstream di Kete Kesu yang mempesona.
Hampir semua foto saya sendiri itu difotoin sama Inka, gimana ga cinta coba haha, kalau ga mau minta tolong siapa.
Nuri & Inka |
Kacamata melorot, pipi dan lubang hidung yang kelebaran, mata kesilauan dan meringis karena belum gajian hahaha.
Sudah lelah, matahari mulai panas, saya meninggalkan Kete Kesu dan menuju ke Londa, komplek pemakaman juga, tapi terkenal dengan gua.
Jadi gini, misal kamu lihat ada peti makam ditaruh di dinding tebing terus kamu lihat replika kecil-kecil seperti foto di atas, itu artinya mereka yang menempati makam itu. Dibuat seperti miniatur dengan pakaian terakhir atau pakaian yang almarhum sukai kalau ga salah hehe terima kritik dan saran biar diedit.
Jadi jenazahnya itu tuh ada yang masih baru dan ada yang memang sudah jadi tengkorak.
Nah belakang saya ini ada gua, yang kalau kita masuk ke dalamnya itu ada peti-peti jenazah, ada tengkorak juga, ada bunga-bunga gitu.
Saya ada fotonya tapi ko saya takut sendiri yaa mau uploadnya hahaha.
Btw kalau mau masuk ke dalam gua itu bayar, soalnya pakai guide yang bawa lampu petromax gitu. Entahlah padahal pakai senter yang di handphone juga bisa hehehe.
Itu tuh ada tali-tali menjuntai untuk naik ke tebing buat meletakkan peti-peti jenazahnya. Di sini adem cuacanya.
Selesai dari Londa saya ke Lemo. Nah ini komplek pemakaman yang terkenal dengan tebing-tebing, jenazahnya tuh tinggi-tinggi gitu ditaruhnya.
Kalau mau foto yang kaya bapak-bapak tua itu kita bayar dulu, seikhlasnya. Itu adanya di toko pengrajin patung.
Nah kalau Lemo ini kanan kirinya sawah, saya sempat ketemu sama dua anak kecil yang sedang asyik mencari udang kalau saya tidak salah ingat. Tengil banget sih emang gayanya kaya saya hahaha.
Padahal belakangnya jenazah astagfirullah nuri |
Setelah lelah berfoto dengan makam-makam yang jadi objek wisata, saya minta antar Inka ke warung kopi.
Eh btw kalian harus tau, pas saya sampai di Toraja kan tanggal 28 yaa, pas gajian, tapi gajian itu keluarnya sore, sedih ga? Sedih banget haha, saya malu mau pinjam uang sama Inka, padahal yaa di setiap tempat wisata ini banyak banget barang yang ingin saya beli, terlebih mereka kan di kabupaten yaa, jadi harganya lebih murah walaupun di tempat wisata. Saya sampai japri Intan teman kerja saya, untuk menanyakan sudah masuk atau belum gajinya hahaha.
Di tempat kopi itu sekitar jam 2 siang dan gaji pun tak kunjung datang.
Ini Inka dengan pernak pernik yang dia beli di Kete Kesu.
Tempat ngopinya ini asyik loh, masuk gang gitu, adem, wangi kopinya menenangkan jiwa sekali penjualnya juga ramah.
Setelah selesai ngopi saya ajak Inka makan karena si Intan sudah info kalau gaji sudah masuk haha, bahagia.
Akhirnya mampir atm, cari makan yang aman-aman aja. Saya pilih Cafe See-Food di Jalan Diponegoro, sudah masuk daerah Rantepao lagi. See Food ini masuk ke 10 restoran terbaik di Rantepao menurut TripAdvisor hehe. Tempatnya asyik dan makanannya enak. Saya pesan ayam saus mentega, nasi putih dua, es teh manis dua, dan kentang goreng.
Selesai makan kita berdua ke tempat penyewaan motor untuk mengembalikan motor pinjaman. Setelah itu kita ke Cafe Letter L sepertinya ini bisnis temannya Inka. Ini juga asyik banget tempatnya. Dan letaknya ternyata seberang-seberangan dengan Masjid Agung Rantepao.
Oia sebelum mengembalikan motor dan sebelum ke Letter L Cafe saya dan Inka mampir ke tempat penjualan tiket bus ke Makassar, karena Inka juga ga bisa nemenin saya di tgl 29 nya, jadi saya harus pulang malam itu juga. Saya beli Bintang Prima yang jam 20.30 tujuan Terminal Daya di Makassar.
Saya ijin sholat sama Inka, Dzuhur dan Ashar. Inka nunggu di kafe sama temannya. Posisi masih jam 15.40 waktu setempat.
Oia pas lagi istirahat di kafe ini Inka bilang ada temannya yang mau mampir nemuin kita, namanya Kak Mike atau nama lengkapnya Maichel Silas Salipadang dan beliau adalah founder dari Enjoy Toraja, sebuah aplikasi yang membantu para turis yang datang ke Toraja. How lucky I’am. Di dalamnya ada berbagai menu pilihan. Dan saya download sebelum berangkat ke sana. Ada estimasi ketika kalian berapa hari di Toraja, destinasi mana saja yang bisa kalian pilih. Ada daftar resto halal maupun tidak halal. Pokoknya aplikasi ini membantu banget.
Jadi buat kalian yang berencana ke Toraja coba download aplikasi Enjoy Toraja dan nikmati sensasinya hehe. Nah Kak Mike datang sepulang kerja, sepertinya sudah sore. Saya mendengarkan cerita awal mula muncul ide aplikasi itu, terus background beliau, diremehin orang, disambut baik oleh bagian pemerintahan, dan ternyata calon istrinya orang Bekasi dong haha, tepatnya sama-sama di Bekasi Selatan dekat dengan rumah saya. Jadi kalau tidak salah 2 bulan atau 3 bulan dari saya ke Toraja mereka menikah.
Sampai akhirnya adzan Maghrib berkumandang saya ke masjid lagi sama salah satu karyawan di kafe itu. Di sini gempa terjadi.
Gempa sebesar 7,7 SR dan berpotensi tsunami yang bersumber dari wilayah Donggala Palu namun dirasakan di beberapa wilayah di Sulawesi Tengah, salah satunya Toraja. Padahal kalau lihat di peta secara kilometer jarak dari Rantepao - Donggala ini jauh, sekitar 565km kalau ditempuh darat butuh waktu 15 jam, tapi saat kejadian Subhanallah berasa banget.
Waktu kejadian Maghrib saya lupa pas rakaat berapa, tapi saya ingat kejadiannya pas dari posisi itidal mau sujud itu goyang cukup kencang, saya pikir saya kelelahan ko sampai goyang begini, ternyata gempa. Selesai sholat masyarakat langsung ramai membicarakan kejadian tersebut. Saya merinding, sampai sekarang kalau dibayangin serem banget, alhamdulillah Allah masih ijinin saya untuk hidup dan menuliskan ceritanya di sini.
Selesai sholat saya kembali ke kafe, ternyata suasana mulai berubah tidak seceria siang tadi.
Inka kehilangan kontak dengan ibunya, saya lupa posisi ibunya Inka pada saat kejadian ada dimana, antara Poso atau Palu ya, yang jelas Inka panik, saudara-saudaranya ga ada yang bisa dihubungi.
Handphone saya ramai, di grup, japri, telepon, semua menanyakan kabar saya. Bagaimana tidak berita di tv menyampaikan besarnya guncangan dan orangtua saya tau posisi saya di wilayah kejadian, walau jauh sebenarnya. Apalagi pas saya bilang kalau gempanya berasa sampai di Toraja.
#Gempa Magnitude: 7.7, 28-Sep-2018 Pkl. 17:02:44 WIB, Lokasi: 0.18 LS 119.85 BT (27 km TimurLaut DONGGALA-SULTENG), Kedalaman: 10 Km, Potensi TSUNAMI utk dtrskn pd msyrkt #BMKG
http://www.bmkg.go.id/gempabumi/gempabumi-terkini.bmkg
Sekitar pukul 20.00 saya diantar Inka dan Kak Mike ke tempat saya naik bus, jadi terharu, di situ saya berasa terbantukan sekali sama mereka berdua. Mereka baik walau kita jelas berbeda. Masya Allah.
Perjalanan pulang saya penuh duka, ibu-ibu samping saya kehilangan kontak dengan anaknya, anaknya ada di Palu sedang kuliah. Semua bandara ditutup. Coba lewat darat walau mungkin sama berat.
Dan saya terus ikutin story instagramnya Inka, untuk tau kondisi keluarganya dan alhamdulillah semua selamat dan baik-baik saja.
Tanggal 29 September - 1 Oktober saya di Makassar. Tiket pulang saya jam 13.45 waktu setempat.
Tanggal 2 Oktober saya aktif kembali bekerja dan coba melakukan penggalangan dana untuk saudara-saudara yang menjadi korban gempa dan tsunami di Palu dan sekitarnya.
Dan tanggal 2 Oktober juga saya dapat berita duka dari Pater ketua DPD Sulawesi Tengah, bahwa bapaknya Eka meninggal dunia, dan Eka pun merupakan Sekretaris di DPD Sulawesi Tengah. Beliau berjasa sekali, beliau secara tidak langsung yang mempertemukan saya dan Inka. Sampai saya bisa punya cerita.
Allahu Akbar.
Jadi destinasi yang saya datangi selama di Toraja adalah :
- Masjid Agung Rantepao
- Museum Ne’ Gandeng
- Bori’ Parinding
- Kete Kesu
- Londa
- Lemo
- Letter L Cafe
Alhamdulillah jadi tau sejarah :)
Rencana saya awal memang mau ke Ollon, kalian harus tau Ollon sekeren apa, tapi akses ke sananya itu loh hmm.
https://www.google.com/search?q=ollon+toraja&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwi77abMoujiAhVBLI8KHWNXCXoQ_AUIECgB&biw=1366&bih=625
Rencana saya awal memang mau ke Ollon, kalian harus tau Ollon sekeren apa, tapi akses ke sananya itu loh hmm.
https://www.google.com/search?q=ollon+toraja&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwi77abMoujiAhVBLI8KHWNXCXoQ_AUIECgB&biw=1366&bih=625
Haha bagaimana? Keren banget kan.
Jadi di atas saya sempat bilang mendadak pulang, sebenarnya itu di luar rencana, tadinya saya mau bermalam, tapi karena Inka ga bisa nemenin jadi saya percepat pulangnya. Dan Qadarullah ada gempa pula, kalau saya tetap bertahan entah bagaimana perasaan orangtua saya hehe.
Setelah ini saya ceritakan kebahagiaan saya bertemu teman-teman MJWJ Makassar, karena hari pertama kan hanya ketemu sebentar. Saya ada rencana ketemu teman dekat (mantan) saya pas SMA, tapi Allah berkehendak lain haha. Karena beliau juga sudah menikah dan punya anak, sedangkan saya belum, jadi ga enak juga ga sih (?) hahaha malu padahal. Tapi orangnya komplain karena saya sudah bilang saya mau ke Makassar tapi malah ga nemuin dia. Ga sempet loh, karena saya mengikuti rangkaian acara sosialnya teman-teman MJWJ Makassar. Ini pun di luar rencana hehe.
Kita sudahi bagian kedua ini
Terima kasih sudah mau membaca
Semoga sehat selalu
Love youu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar